Al-Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :
"wahai manusia, sesungguhnya aku tengah menasihati kalian, dan bukan berarti aku orang yang terbaik diantara kalian, bukan pula orang yang paling shalih diantara kalian. Sungguh, akupun telah banyak melampaui batas terhadap diriku. aku tidak sanggup mengekangnya dengan sempurna, tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam mentaati Rabb-nya. Andaikata seorang muslim tidak memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya menjadi orang yang sempurna, niscaya tidak akan ada para pemberi nasihat. disarikan dari (Mawa'izh Lil Imam Al-Hasan Al-Bishri, hal. 185).
Renungkanlah...
Kalaulah bukan karena ALLOH yang menutupi aib-aib kita?
Alhamdulillah, wash shalaatu
wassalaamu ‘ala nabiyyinaa Muhammad, wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa man
tabi’ahum bi ihsaan, wa ba’d.
Pada zaman Nabi Musa ‘alaihis salam, bani Israel
ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi
mereka. Mereka berkata, “Ya Kaliimallah,
berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami.” Maka
berangkatlah Musa ‘alaihis
salam bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas. Waktu itu
mereka berjumlah lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan
keadaan yang lusuh dan kumuh penuh debu, haus dan lapar.
Nabi Musa berdoa, “Ilaahi! Asqinaa ghaitsak…. Wansyur ‘alaina
rahmatak… warhamnaa bil athfaal ar rudhdha’… wal bahaaim ar rutta’… wal
masyaayikh ar rukka’…..”
Setelah itu langit tetap saja terang benderang… matahari pun
bersinar makin kemilau… (maksudnya segumpal awan pun tak jua muncul).
Kemudian Nabi Musa berdoa lagi, “Ilaahi … asqinaa….”
Allah pun berfirman kepada Musa, “Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada
kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40
tahun yang lalu. Umumkanlah di hadapan manusia agar dia berdiri di hadapan
kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian…”
Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah
kaumnya, “Wahai hamba yang bermaksiat kepada
Allah sejak 40 tahun… keluarlah ke hadapan kami…. karena engkaulah hujan tak
kunjung turun…”
Seorang laki-laki melirik ke kanan dan kiri… maka tak seorang pun
yang keluar di hadapan manusia… saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang
dimaksud…..
Ia berkata dalam hatinya, “Kalau aku keluar ke hadapan manusia,
maka akan terbuka rahasiaku… Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun
tak akan turun.”
Maka hatinya pun gundah gulana… air matanya pun menetes…..
menyesali perbuatan maksiatnya… sambil berkata lirih, “Ya Allah… Aku telah
bermaksiat kepadamu selama 40 tahun… selama itu pula Engkau menutupi ‘aibku.
Sungguh sekarang aku bertaubat kepada Mu, maka terimalah taubatku…”
Tak lama setelah pengakuan taubatnya tersebut, maka awan-awan
tebal pun bermunculan… semakin lama semakin tebal menghitam… dan akhirnya
turunlah hujan.
Musa pun keheranan, “Ya Allah, Engkau
telah turunkan hujan kepada kami, namun tak seorang pun yang keluar di hadapan
manusia.” Allah berfirman, “Aku
menurunkan hujan kepada kalian oleh sebab hamba yang karenanya hujan tak
kunjung turun.”
Musa berkata, “Ya Allah… Tunjukkan padaku hamba yang taat itu.”
Allah berfirman, “Ya Musa, Aku tidak membuka ‘aibnya padahal ia
bermaksiat kepada-Ku, apakah Aku membuka ‘aibnya sedangkan ia taat kepada-Ku?!”
(Kisah ini dikutip dari buku
berjudul “Fii Bathni al-Huut” oleh
Syaikh DR. Muhammad Al ‘Ariifi, hal. 42)
Subhaanallah… Kalaulah
bukan karena Allah menutupi aib-aib kita…? niscaya kita tidak akan bergerak
bebas, tidak akan mampu menjalani hidup dengan tenang karena orang lain selalu
mencela dan mendeskriminasi kita dari mereka. karena aib kita dengan mudah
diketahui orang lain, tapi lagi-lagi karena Alloh menutupi aib yang telah kita
perbuat. lalu dengan alasan apalagi kita enggan untuk memohon ampun,
beristighfar kepada Alloh swt.??? Ayolah wahai akhi-ukhti bersama-sama kita
menuju maghfiroh Rabbul alamiiin... ja'alana wa iyyakum allohu minal ghafiriin.
amiiin